*(كتب
الصوم)*
كل
عمل ابن ادم له الاالصوم فإنه لى وانا اجزى به
Artinya
: setiap ibadah manusia baginya kecuali puasa, maka ia bagiKu dan Aku yang
membalasnya
Puasa secara bahasa
(امساك) menahan diri dari
perbuatan dan berbicara, adapun puasa secara syara’ adalah
(امساك
عن المفطرعلى وجه مخصوصة) :
menahan diri dari yang
membatalkan menurut cara tertentu. adapun dalil yang menentukan wajibnya puasa
adalah Firman Allah QS. Al Baqarah :183
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa,
Juga dalam hadist di
sebutkan bahwa salah satu dasar Rukun Islam adalah puasa.
بني
الإسلام على خمس شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وإقام الصلاة وإيتاء
الزكاة والحج البيت وصوم رمضان
Islam itu di bangun atas
lima (dasar) syahadah, sholat, zakat,haji dan puasa Ramadhan
(bukhari).
Puasa Ramadhan diwajibkan
pada bulan sya’ban tahun ke dua Hijriyah .
Rukun
rukun puasa ada tiga (3)
1.
Niat
berniat dengan hati pada
malam hari ( dimulai waktu magrib hingga terbit fajar/shubuh) dan di sunnahkan
melafadzkan niat denga lisan. Dan wajib di ulangi setiap malam malam puasa,
adapun dalil yang mewajibkan berniat setiap malamnya adalah hadist
من
لم يبيت الصيام قبل الفجرفلا صيا له ( رواه ابو داود , ابن ماجه و احمد)
Artinya
: barang siapa yangtidak berniat semenjak waktu malam sebelum terbit fajar maka
tidaklah puasa baginya .
Dan jika sudah berniat
puasa, maka tidak membatalkan puasa dengan hal hal yang membatalkan puasa,
karena yang dinamakan Puasa adalah menahan diri dari hal hal yang membatalkan
puasa sejak waktu fajar. Maka dapat difahami bahwa wajib berniat puasa pada
malam harinya di khususkan kepada puasa wajib (ramadhan, nadzar, kafarah) tidak
berlaku kepada puasa sunnah, sebagaimana di jelaskan dalam hadist
هل
عندكم من غذاء قالت لا قال فأني اذا اصوم
Nabi bertanya kepada Siti
Aisyah : apakah ada padamu untuk di makan? Jawabnya tidak ada, Rasulullah
bersabda jika demikian aku berpuasa.
Maka niat puasa sunnah
boleh dilakukan setelah fajar dengan syarat segala syarat syarat puasa telah
tercapai ( tidak melakukan hal yang membatalkan puasa)
Dalam puasa fardhu maka
wajib dita’yin dalam niatnya, (sehaja aku puasa ramdhan esok hari)
(نويت
صوم غد اداء فرض رمضا ن هذه السنة لله تعالى) sempurnanya. (نويت صوم غد عن
رمضان
Jika seseorang berniat ;
sahaja aku puasa sebulan ramadhan seluruhnya “ maka sahlah puasa untuk hari
pertamanya jua, ( hanya sehari) adapun jika seseorang makan sahur ( makan dan
minum pada malam puasa)
Maka hal ini sudah
mencukupi sebagai penganti niat puasa dengan pengathuannya akan masuknya bulan
ramadhan. Karena telah mendatakan qhasad ( kesengajaan).
2.
Menahan diri dari hal hal yang membatalkan puasa.
a. bersenggama (
bersetubuh) baik mengeluarkan sperma atau tidak, dan jika dilakukan pada siang
hari ramadhan maka wajib baginya membayar kafarah puasa, sebagaimana dijelaskan
ulama dalam kitab Tuhfatul muhtaj
وَهِيَ)
أَيْ: الْكَفَّارَةُ (عِتْقُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ
شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَإِطْعَامُ سِتِّينَ
مِسْكِينًا) كَمَا فِي الْخَبَرِ السَّابِقِ وَسَيَأْتِي بَيَانُ هَذِهِ
الثَّلَاثَةِ وَشُرُوطُهَا وَصِفَاتُهَا فِي بَابِ الْكَفَّارَةِ (فَلَوْ عَجَزَ
عَنْ الْجَمِيعِ اسْتَقَرَّتْ) مُرَتَّبَةً (فِي ذِمَّتِهِ فِي الْأَظْهَرِ)
kifarat ini termasuk
kifarat tartib (harus berurutan) diantara ketiganya. dan ketika tidak (belum)
mampu, maka TETAP baginya menanggung hutang kifarat terrsebut, karena masalah
ini termasuk HUQUUQULLOH /hak-hak Alloh. (tuhfatul muhtaj 3/452).
(memerdekan budak, puasa
dua bulan secara berurutan dan Memberi makan kpd orang miskin atau faqir sbnyak
60 orang ( wajib secara tertib)
b. mengeluarkan sperma (
mani ) dengan sengaja, maka sebab mimpi tidak membatalkan puasa.
c. Sengaja muntah kecuali
tidak dapat menahannya ( yang karena sakit)
من
ذرعة القيء فليس قضاء ومن استقاء فليقض ( متفق عليه و ابو داود و ابن ماجه من ابى
هريرة)
Barang siapa yng terpeksa
muntah tidaklh qhada atasnya dan barang siapa yang sengaja muntah maka hendaklah
diqhadanya.
d. Memasukkan sesuatu ke
dalam rongga ( semua lubang yang terbuka : hidung, mulut, telinga, vagina,
puting susu (wanita)dubur ) maka membatalkan puasa ,adapun memasukkan jarum ke
tubuh ( suntik ) tidak membatalkan puasa jika tidak sampai kepada rongga di
dalam tubuh.
ﻭَﻟَﻮْ
ﺍَﻭْﺻَﻞَ ﺍﻟﺪَّﻭَﺍﺀَ ﺍِﻟَﻰ ﺩَﺍﺧِﻞِ ﺍﻟَّﻠﺨْﻢِ ﺍَﻭْ ﻟِﺠَﺮَﺍﺣَﺔٍ ﻋَﻠَﻰ ﺍﺳَّﺎﻕ ﻏَﺮَﺯَ
ﻓِﻴْﻪِ ﺳِﻜَّﻴْﻨًﺎ ﻭَﺻَﻠَﺖْ ﻣُﺤَّﻪُ ﻟَﻢْ ﻳُﻔْﻄِﺮْ ﻷَِﻧَّﻪُ ﻟَﻴْﺲَ
ﺑِﺠَﻮْﻑٍ
Orang yang berpuasa dan
disuntik, puasanya tidak batal, sebab obat yang dimasukan melalui injeksi itu
adalah ke dalam daging dan tidak ke dalam rongga badan. [ Al
Mahali, dari Kitab Al Qalyubi juz 2 halaman 56 ]
ﻭَﻟَﻮْ
ﻃَﻌَﻦَ ﻧَﻔْﺴَﻪُ ﺍَﻭْ ﻃَﻌَﻨَﻪُ ﻏَﻴْﺮُﻩُ ﺑِﺎِﺫْ ﻧﻪِ ﻓَﻮَﺻَﻞَ ﺍﻟﺴِّﻜِﻴْﻦُ ﺟَﻮْﻓَﻪُ
ﺃَﻓْﻄَﺮَ.
-Dan andaikata seorang
menikam dirinya sendiri atau orang lain menikam dirinya dengan idzinnya,kemudian
pisaunya sampai pada rongga, maka hal itu membatalkan puasanya. [ Qalyubi
juz 2 halaman 56 ].
e. Dan juga membatalkan
puasa jika masuk air kedalam rongga ( telingga ) mandi di kolam/sungai dengan
cara menyelam, karena menyelam adalah unsur kesengajaan.
Tidak membatalkan puasa
jika mencium bau2an dan mencicipi makan sekedar tanpa di yakinkan masuk ke dalam
tenggorokan hanya di hukumi makruh.
ومحل
الكراهة ان لم تكن له حاجة اما الطباح رجلا كان او امراءة ومن له صغير يعلله فلا
يكره في حقهما ذلك قاله الزيادي
"Dimakruhkan mencicipi
makanan (bagi orang yang puasa...) tersebut bila memang bagi orang yang tidak
ada kepentingan sedangkan bagi seorang pemasak makanan baik laki-laki atau
perempuan atau orang yang memiliki anak kecil yang mengunyahkan makanan buatnya
maka tidak dimakruhkan mencicipi makanan buat mereka seperti apa yang di
fatwakan Imam Az-Ziyaadi". (Assyarqowy
I/445)
1.Tidak membatalkan puasa
kemasukan debu jalanan atau debu tepung saat mengayaknya, kecuali di sengaja
membuka mulutnya, adapun merokok maka membatalkan puasa, karena asap rokok
mengandung ‘ain ( nikotin yang dapat membatalkan puasa) maka sangat keliru jika
di qhaiaskan kepada asap kendaraan ( yang bukan perbuatannya sendiri) dan sap
tembakau yang dikumpulkan karena di hisap dianggap benda menurut adat
sebagaimana yg di jelaskan oleh syekh Taifi dan di perkuat oleh syekh Ahmad
Nakhli dan syekh Ali shufi.
2.Maka di fahami perbuatan2
yang membatalkan puasa jika hal tersebut di lakukan dengan sengaja, adapu jika
tidak ada unsur kesengajaan maka tidak membatalkan puasa, sebagaimana Sabda
Rasulullah :
من
نسي وهو صائم فاكل او شرب فليتم صومه فانما اطعمه الله وسقاه ولاقضاءعليه ولاكفارة
(رواه البخارى)
Artinya : barang siapa yang
lupa dikala ia berpuasa maka makan atau minum, hendaklah dieruskan puasanya ,
maka hanya Allah telah menganugrahkan kepadanya makanan dan minuman dan tidak
ada qhada dan kafarah baginya.
Sisa makanan yang
tertinggal disela sela gigi, di basahi oleh air ludah lalu tertelan tanpa di
sadarinya maka tidak membatalkan puasa selama ia tidak bisa memisahkan antara
sisa makanan dan air liur , dan jika disengajanya dengan mampu memisahkannya (
sisa makanan dan air ludah (liur) maka membatalkan puasa karena di anggap
lalai.
Berbekam ( mengeluarkan
darah ) maka tidak membatalkan puasa, hanya terlebih afdhal tidak melakukannya
di saat berpuasa.
Orang
yang berpuasa (صائم)
Maka disyaratkan kepada
orang yang berpuasa tiga (3) perkara
1.Bahwa yang berpuasa
beragama islam, maka jika ia murtada di siang hari puasa, maka batallah
puasanya, karena tidak lagi terhitung beragama islam.
2.Tetap dalam keadaan berakal
sejak terbit fajar sampai tenggelam matahari, jika gila ia sesaat ( sedetik)
maka batallah puasanya, berbeda dengan orang yang pingsan atau mabuk di
karenakan sakit, maka tidak membatalkan puasa sekalipun sadarnya hanya sesaat di
siang hari, dan jika pingsan atau mabuk sejak terbit fajar hingga waktu magrib,
maka tidak sah puasanya, dikarenakan mabuk dan pingsan megeluarkannya dari
tuntutan melakukan kewajiban puasa berbeda dengan orang tidur, maka sah puasanya
dikarenakan masih di tuntut melakukan sholat, bandingannya orang tidur di
wajibkan mengqhada sholat, adapun mabuk dan pingsan tidak wajib mengqhada sholat
, sebagaimana yg di jelakn dalam kitab sabilal juz 2 hal 142.
3.Suci dari haid dan nifas
sejak terbit fajar hingga waktu magrib.
Maka tidak sah puasa wanita
haid dan nifas bahkan haram berpuasa, dan wajib mengqhadanya dan tidak
diwajibkan menghada sholat,
حديث
عائشة : " كان يصيبنا ذلك فنؤمر بقضاء الصوم " . أخرجه البخاري ( الفتح 1 / 421 - ط
السلفية ) ومسلم ( 1 / 265 - ط الحلبي ) واللفظ لمسلم .
Dan wajib baginya mengqadha
puasanya tidak sholatnya berdasarkan perkataan ‘Aisyah ra “Kami dulu mengalami
haidh. Kami diperintarkan untuk mengqodho puasa dan kami tidak diperintahkan
untuk mengqodho’ shalat.” (HR. Bukhari- alFath I/421 dan Muslim
I/265).
Dan terjadi kesepakan ulama
dalam masalah tersebut. (Mugni alMuhtaaj I/109)
قَالَتْ
: كَانَ يُصِيبُنَا ذَلِكَ ، فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ ، وَلاَ نُؤْمَرُ
بِقَضَاءِ الصَّلاَةِ فَالأَْمْرُ بِالْقَضَاءِ فَرْعُ وُجُوبِ الأَْدَاءِ
.وَالإِْجْمَاعُ مُنْعَقِدٌ عَلَى مَنْعِهِمَا مِنَ الصَّوْمِ ، وَعَلَى وُجُوبِ
الْقَضَاءِ عَلَيْهِمَا
Maka diqhadakan puasa di
hari yang tidak diharamkan berpuasa, ( 2 hari raya, hari tasriq, hari syak yaitu
hari akhir sya’ban kecuali orang yang terbiasa berpuasa)
من
صام يوم السك فقد عصى ابا القاسم (رواه الترمذ)
Barang siapa yang berpuasa
pada hari syak (ragu) maka sesungguhnya ia telah berbuat durhaka kepada abul
qasim (Rasulullah SAW)
Adapun hadist
(اذا
انتصف شعبان فلا تصوم رواه ابو داود و ابن ماحة و الترمذ)
apabila
telah sampai pertengan bulan sya;ban maka janganlah kamu berpuasa “
kecuali bagi yang sudah
terbiasa puasa sepanjang tahun atau puasa sunnah lainnya.
Menggabung niat beberapa
puasa sunnah seperti puasa Arofah dan puasa senin/kamis adalah boleh dan
dinyatakan mendapatkan pahala keduanya. Sebagaimana dikemukakan oleh Imam
Al-Kurdi. Bahkan menurut Imam Al-Barizi puasa sunnah seperti hari ‘Asyuro, jika
diniati puasa lain seperti qadha ramadhan tanpa meniatkan pauasa Asyura’ tetap
mendapatkan pahala keduanya
Adapun puasa 6 hari bulan
syawal jika digabung dengan qadha ramadhan, maka menurut imam Romli mendapatkan
pahala keduanya
بغية
المسترشدين ص 113-114
(مسألة:
ك): ظاهر حديث: «وأتبعه ستاً من شوّال» وغيره من الأحاديث عدم حصول الست إذا نواها
مع قضاء رمضان، لكن صرح ابن حجر بحصول أصل الثواب لإكماله إذا نواها كغيرها من عرفة
وعاشوراء، بل رجح (م ر) حصول أصل ثواب سائر التطوعات مع الفرض وإن لم ينوها، ما لم
يصرفه عنها صارف، كأن قضى رمضان في شوّال، وقصد قضاء الست من ذي القعدة، ويسنّ صوم
الست وإن أفطر رمضان اهـ. قلت: واعتمد أبو مخرمة تبعاً للسمهودي عدم حصول واحد
منهما إذا نواهما معاً، كما لو نوى الظهر وسنتها، بل رجح أبو مخرمة عدم صحة صوم
الست لمن عليه قضاء رمضان مطلقاً.
الفوائد
الجنية ج1 ص 153
قوله
: (كل ما المقصود منه الفعل) أي لا حصوله مستقبلا بنية. قوله : (وهي نحو ستة عشر
سنة) منها غسل الجمعة هو سنة إذا نوى مع غسل الجنابة, ومنها سلام الخروج من الصلاة
إذ نوى به السلام على الحاضرين, ومنها عمرة التطوع إذا نويت مقرونة بحج الفرض,
ومنها الصوم عن عرفة إذا نوى معه صوم قضاء أو نذر أو كفارة
Demi ingin berpuasa sebulan
penuh seorang muslimah mngkonsumsi obat anti haidh maka hal ini di perbolehkan
sebagaimana yang dijelaskan oleh ulama syafi’iyah asalkan tidak menimbulkan
bahaya pada dirinya..Berikut uraiannya, sekaligus pendapat-pendapat kalangan
madzhab selain syafiiyyah tentang wanita yang minum obat pencegah datangnya
haid..
وفي
فتاوي القماط ما حاصله جواز استعمال الدواء لمنع الحيض
Dalam Fatawy alQimaath di
simpulkan diperbolehkannya menggunakan obat untuk mencegah datangnya haid. [
Ghooyah at-Talkhiiish al-Murood 247 ].
Dan di dukung pendapat
ulama ulama di luar madzhab syafi’i
المالكية
قالوا : الحيض دم خرج بنفسه من قبل امرأة في السن التي تحمل فيه عادة …….أما أن
تصوم الحيض بسبب دواء في غير موعده فإن الظاهر عندهم أنه لا يسمى حيضا ولا تنقضي به
عدتها وهذا بخلاف ما إذا استعملت دواء ينقطع به الحيض في غير وقته المعتاد فإنه
يعتبر طهرا ويتنقضي به العدة على أنه لا يجوز للمرأة أن تمنع حيضها أو تستعجل
إنزاله إذا كان ذلك يضر صحتها لأن المحافظة على الصحة واجبة
Kalangan Malikiyyah
berpendapat : Haid adalah darah yang yang keluar dari alat kelamin wanita pada
usia yang ia bisa hamil menurut kebiasaan umum,Bial wanita menjalani puasa
akibat obat yang mencegah haid hadir dalam masanya, menurut pendapat yang zhahir
masa-masa tidak dikatakan haid dan tidak menghabiskan masa iddahnya, berbeda
saat ia menjalani haid dan meminum obat untuk menghentikan haidnya diselain
waktu kebiasaannya, maka ia dinyatakan suci namun iddahnya dapat terputus karena
sesungguhnya tidak boleh bagi seorang wanita mencegah atau mempercepat keluarnya
darah haid bila membahayakan kesehatannya karena menjaga kesehatan wajib
hukumnya. (alFiqh ‘alaa Madzaahib al-Arba’ah I/103).
SYARAT
WAJIB PUASA BULAN RAMDHAN.
1.Berakal (tidak gila, mabuk,
pingsan)
2.Baligh (had taklif )
3.Islam ( maka tdk sah orang
kafir/murtad) jika orang murtad kembali masuk islam, maka wajib baginya
mengqhada puasa yang tertinggal saat masa murtadnya, adapun orang kafir asli,
tidak wajib mengqhada puasa jika masuk ke dalam islam. Sebagaimana firman
Allah
(قل
للذين كفروا ان ينتهوا يغفرلهم ماقد سلف)
4.Mampu melakukannya menurut
ukuran fisik (tidak sakit/tua) dan ukuran syara’( haid/nifas)
KEADAAN
YANG MEMPERBOLEHKAN BERBUKA PUASA
فَمَنْ
كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ (البقرة
184)
1. Orang sakit yang yang
akan membinasakannya. Maka wajib baginya berbuka puasa karena ditakutkan bahaya
pada dirinya, begitu juga orang yang sangat lapar dan haus, yang akan membawa
kemudharaan kepada tubuhnya ( binasa)
Kalangan Syafiiyah
berpendapat bila pengakhiran qadha puasa tersebut sebab adanya udzur yang
ISTIMROOR (terus menerus) baginya cukup mengqadha puasa tanpa menyertakan
membayar fidyah.
ومن
أخر قضاء رمضان مع إمكانه حتى دخل رمضان آخر لزمه مع القضاء لكل يوم مد لأن ستة من
الصحابة رضي الله عنهم قالوا بذلك ولا مخالف لهم ويأثم بهذا التأخير قال في المجموع
ويلزمه المد بدخول رمضان أما من لم يمكنه القضاء لاستمرار عذره حتى دخل رمضان فلا
فدية عليه بهذا التأخير
Barang siapa yang
mengakhirkan qadha puasa ramadhan padahal berkesempatan mengqadhanya hingga
memasuki ramadhan yang lain (ramadhan berikutnya) wajib baginya disetip hari
yang pernah ia tinggalkan satu MUD (6,25 gram) karena enam shahabat nabi
menyatakan masalah ini dan tidak ada perbedaan diantara mereka, dan ia berdosa
sebab mengakhirkannya.Imam Nawawy berkata dalam kitab ‘alMajmuu’ : Dan wajib
baginya satu Mud sebab mengakhirkannya hingga masuk ramadhan berikutnya, sedang
bagi yang tidak berkesempatan mengqadhainya karena udzurnya yang terus
berlangsung hingga memasuki ramadhan berikutnya maka tidak berkewajiban membayar
fidyah (sehari satu mud) sebab pengakhiran qadhanya. (Al-Iqnaa’ Li as-Syarbiiny
I/243).
2. Orang yang bekerja berat
( memanen padi) yang ditakutkan busuk padinya, syekh Romli didalam kitab “
Nihayah” bahwa Imam Azra’i telah memfatwakan wajib bagi orang yang menuai pada
berniat puasa di bulan ramadhan pada setiap malamnya dan kalau ia berkerja pada
siang harinya dan sangat letih maka ia boleh berbuka ( sabilal juz 2 hal
144).
مسألة)
: لا يجوز الفطر لنحو الحصاد وجذاذ النخل والحراث إلا إن اجتمعت فيه الشروط.
وحاصلها كما يعلم من كلامهم ستة : أن لا يمكن تأخير العمل إلى شوّال ، وأن يتعذر
العمل ليلاً ، أو لم يغنه ذلك فيؤدي إلى تلفه أو نقصه نقصاً لا يتغابن به ، وأن يشق
عليه الصوم مشقة لا تحتمل عادة بأن تبيح التيمم أو الجلوس في الفرض خلافاً لابن حجر
، وأن ينوي ليلاً ويصحب صائماً فلا يفطر إلا عند وجود العذر ، وأن ينوي الترخص
بالفطر ليمتاز الفطر المباح عن غيره ، كمريض أراد الفطر للمرض فلا بد أن ينوي بفطره
الرخصة أيضاً ، وأن لا يقصد ذلك العمل وتكليف نفسه لمحض الترخص بالفطر وإلا امتنع ،
كمسافر قصد بسفره مجرد الرخصة ، فحيث وجدت هذه الشروط أبيح الفطر ، سواء كان لنفسه
أو لغيره وإن لم يتعين ووجد غيره ، وإن فقد شرط أثم إثماً عظيماً ووجب نهيه وتعزيره
لما ورد أن : "من أفطر يوماً من رمضان بغير عذر لم يغنه عنه صوم الدهر".
Bagi pekerja berat (seperti
pengetam, kuli bangunan, tukang becak, nelayan, pembajak tanah dll.) tidak
diperbolehkan berbuka puasa (mokel-java-pen) kecuali bila memenuhi 6 persyaratan
:
1.Pekerjaannya tidak bisa
diundur hingga bulan syawal
2.Ada halangan untuk
dikerjakan dimalam hari
3.Terjadi masyaqqat
(kesulitan) menurut kebiasaan manusia bila menjalani puasa hingga dalam batasan
masyaqqat yang memperkenankan baginya tayammum atau menjalani shalat dengan
duduk
4.Dimalam hari tetap niat,
dipagi hari tetap puasa baru setelah benar-benar tidak kuat boleh
berbuka
5.Saat berbuka diniati
mencari keringanan hukuman
6.Tidak boleh menyalahgunakan
keringanan dalam arti pekerjaannya dijadikan tujuan atau membebani diri diluar
batas kemampuan agar dapat keringanan berbuka puasa
Bila syarat-syarat diatas
tidak terpenuhi maka berdosa baginya berbuka puasa meskipun diganti dihari-hari
selain ramadhan berdasarkan hadits “Barangsiapa berbuka puasa tanpa adanya udzur
tidak mencukupi baginya meskipun diganti dengan puasa sepanjang tahun”. (Buhyah
alMustarsyidiin Hal. 234).
Musafir ( perjalanan yang
bukan maksiat) jarak yang diperbolehkan shalat qhasar (jauh dan mubah) dengan
jarak tempuh dua marhalah atau sekira kira (83/93 KM) hanya saja dalam
pembahasan ini adalah yang di perbolehkan tidak berpuasa jika di awali dari
waktu fajar dari tempat keberangkatanya, dan jika dia berpuasa di negrinya dan
berbuka di negri perjalanannya, maka hal ini tidak di perbolehkan, karena
sebagian puasanya berada pada tempat ia berada. Adapun puasa dalam perjalanan
lebih afdhal kecuali dikhawatirkan membawa mudharat, maka berbuka lebih
afdhal.
Orang jompo ( yang berumur
lanjut/ sangat tua) maka tidak wajib berpuasa baginya dan diganti fidyah Ukuran
untuk seharinya fidyahnya 1 mud ( 6ons lebih 25 gram ) dan di bayar setiap
harinya. Referensi :
والشيخ
) وهو من جاوز الأربعين والعجوز والمريض الذي لا يرجى برؤه ( إن عجز ) كان يلحقه به
مشقة شديدة بأن يفطر ويطعم ( كل منهم إن كان حرا ( عن كل يوم مدا ) ( عن الصوم )
لقوله تعالى { وعلى الذين يطيقونه فدية طعام مسكين
“Kakek-kakek (orang yang
telah melewati usia 40 tahun), nenek-nenek dan orang sakit yang tidak diharapkan
lagi akan kesembuhannya bila tidak mampu menjalani puasa (seperti mendapatkan
masyaqqat/kesulitan yang sangat bila berpuasa) boleh baginya tidak berpuasa dan
wajib baginya (bila ia merdeka) mengeluarkan satu Mud setiap harinya berdasarkan
firman Allah ta’aalaa “Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya
(jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang
miskin. (QS. 2:184)”. Iqnaa’ Li as-Syarbiiny I/242.
Sunnat bagi orang yang
berbuka puasa karena udzur sunnat menyegerakan mengqhadakan puasa puasa yang
tertinggal, dan lebih afdhal dilakukan dengan sunat bulan syawal. Agar ia cepat
terlepas dari hutangnya, adapun bagi yang berbuka puasa tanpa udzur, wajib
menyegerakan qhada puasa, agar keluar dari perbuatan maksiat dengan
segera.
SUNAT
SUNAT PUASA
Banyak sekali sunnah sunnah
dalam melaksanakan puasa, diantaranya
1. Makan sahur, lebih
afdhal mengakhirkan makan sahur, agar agar tubuh kita kuat dalam melaksanakan
ibadah dan agar membedakan puasa orang islam dengan orang yahudi dan nasrani,
dan kesunahan ini selagi sampai waktu yang diragukan terbit fajar, , waktu makan
sahur apabila sudah masuk tengah malam dan di peroleh sunat sahur dengan
makan/minum banyak atau sedikit.
Bersahurlah kamu karena di
dalam sahur itu ada barakah ( muttafaqun ‘alaihi)
(
تسحروافإن فى السحور بركه)
لا
يزال الناس بخير ما عجلوا الفطر واخرواالسحور ( رواه احمد )
Arti :
senantiasa manusia dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka dan
melambatkan sahur
2. Menyegerakan berbuka,
dan terafdhal berbuka dengan kurma basah/kering, hikmahnya adalah buah tersebut
belum tersentuh oleh api dan dapat mengurangi kekaburan mata yang disebabkan
berpuasa, dan juga kurma dapat mengeluarkan kotoran di dalam perut dengan
sempurna.
لا
تزال امتي بخير ما عجلواالافطار ( رواه احمد )
Artinya
:Ummatku
selamanya
dalam keadaan baik selama mereka menyegerakan berbuka
Haram bagi umat islam,
berpuasa washal ( terus menerus, menggabungkan puasa beberapa hari tanpa sahur
dan berbuka) berbeda halnya dengan Nabi Muhammad SAW. Maka tidak haram, karena
Nabi mempunyai kekuatan yang tidak di miliki oleh umatnya
3. Membaca do’a setelah
berbuka
اللهم
لك صمت وعلى رزقك افطرت برحمتك يا ارحم الرحمين
Artinya
: Ya tuhanku, bagi-Mu aku berpuasa dan dengan Rizqi-Mu aku berbukas
Dan di
sunnahkan membaca do’a
اللهم
ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الاجر , ان شاء الله تعلى
Artinya
: Ya tuhanku hilangkanlah dahaga, basahlah seluruh urat tubuh, dan tercapailah
pahala, insyallah
4. Sunnah memberikan
makanan dan minuman kepada orang yang berpuasa, dan sunnah makan bersama sama
orang yang berpuasa, walau hanya sebutir kurma dan seteguk air, lebih sempurna
jika sampai mengenyangkannya.
مَن
اَفطر صائما فله مثل اجره ولا ينقص من اجّر الصا ئم شئ (رواه امام احمد و الترمذى و
ابن حبا
Artinya
:Barang siapa membukakan orang yang berpuasa maka baginya pahala seperti pahala
yang berpuasa dan tidak kurang sedikitpun pahalanya.
5. Sunnah muakkadah
memelihara lisan dari penyakit lisan ( dusta, kata kata keji, dusta, fitnah,
mengadu domba) juga memlihara hati dari penyakit hati ( ria, sombong, angkuh,
iri, dengki etc)
من
لم يدع قول الزور والعمل به فليس لله حا جة في ان يدع طعامه وشرابه ( رواه امام
البخاري و ابو داود)
Artinya
: barang siapa yang tidak meninggalkan berkata kata dusta (keji) dan
memperbuatnya maka tidaklah bagi Allah sesuatu keperluan dalam meninggalkan
makan dan minumnya.
Dan juga sabda Nabi :
puasa
itu perisai, apabila salah seorang kamu puasa maka janganlah ia berbuat fasik,
maka jika ada orang yang mencacinya atau menyumpahinya maka hendaklah dikatannya
“ sesungguhnya aku berpuasa “ (inni shooimun, اني
صائم)
6. Sunnah tidak berbekam (
karena berbekam melemahkan badan dan di hukumi makruh)
7. Sunnah tidak mencicipi
makanan ( makruh mencicipi makanan, kecuali sampai tertelan, maka batal
puasa)
8. Sunnah tidak mencium
istri di bibir, berpelukan jika tdk takut keluar sperma, jika di khawatirkan,
maka haram melakukannya.
9. Makruh bersugi setelah
matahari tergelincir
لخلوف
فم الصا ئم يوم القيامة اطيب عندالله من ريح السك (رواه امام البخاري)
Artinya
: Perumpamaan bau mulut orang yang berpuasa itu pada hari kiamat terlebih harum
di sisi Allah dari bau kasturi.
10. Memberbanyak berbuat
amalan baik (amal shaleh) do’a, dzikir, membaca Al qur’an, sholat sunnah siang
dan malamnya, bersedekah, beri’tikaf di masjid terutama malam 10 akhir ramadhan,
dikarenakan banyak riwayat yang menjelaskan bahwa malam lailatul qadr terjadi
malam akhir ramadhan.
Sebagaimana yang di
sebutkan di dalam kitab
(الحوهر
الموهب و منهات القلوب)
Halaman samping kitab juz 2
hal 25
(سيرالسالكين
الشيخ عبد الصمد الفلمباني رحمه الله تعالى واسكنه اعلى جنته ونفعنابعلومه)
Juga disebutkan oleh Imam
nawawi di dalam kitab majmu’ dan fatawa . kitab raudhah , kitab bajuri , hasyiah
fathul wahab maka jika awal puasa hari ahad, rabu ( maka malam lailatul qadr
jatuh pada malam 29 )jika di awali dengan hari senin ( maka malam lailatul qadr
jatuh pada malam 21 ) jika hari selasa dan jum’at ( maka malam lailatul qadr
jatuh pada malam 27) jika hari kamis ( maka malam lailatul qadr jatuh pada malam
25 ) jika di mulai hari sabtu ( maka malam lailatul qadr jatuh pada malam 23 )
dan di sunnahkan memperbanyak do’a di malam lailatul qadr “ ya allah, ya
Tuhanku, sesungguhnya engkau maha pemaaf lagi maha pemurah dan senang kepada
orang yang pengampun, maka ampunilah aku HR.tirmidzi, Ahmad, Ibnu majah dari
Aisyah
اللهم
انك عفوكريم تحب العفو فاعف عنى ( رواه امام الترمذ و احمد و ابن ماجه)
[ Disarikan dari berbagai
sumber dan Dokument PISS-KTB ].