Jum'at 27 Juni 2014 pukul 7:58 AM
Asslamu’alaikum Wr.WB
Sikap Seorang Muslim Di Bulan Ramadan
Nasehat
apa yang layak ditujukan kepada umat Islam berkaitan dengan masuknya bulan
Ramadan?
Alhamdulillah. Allah berfirman:
( شهر رمضان الذي أنزل فيه القرآن هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان فمن شهد
منكم الشهر فليصمه ومن كان مريضاً أو على سفر فعدة من أيام أخر يريد الله بكم اليسر
ولا يريد بكم العسر ولتكملوا العدة ولتكبروا الله على ما هداكم ولعلكم تشكرون ) البقرة
/ 185
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat
tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan
barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah
baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang
lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur”. (SQ.AL-Baqarah: 185).
Ini adalah bulan penuh barakah, waktu yang mulia dan bulan nan agung untuk
melakukan kebaikan, barokah, ibadah dan ketaatan. Bulan dilipatgandakannya
kebaikan, kemaksiatan menjadi sangat tercela, pintu-pintu surga dibuka dan
pintu-pintu neraka ditutup serta diterima taubat kepada Allah bagi orang
berdosa dan berbuat salah. Maka bersyukurlah (kepada Allah) terhadap kenikmatan
yang diberikan kepada anda semua di musim kebaikan dan barokah ini serta
berbagai keistimewaan yang khusus diberikan kepada kalian berupa sarana meraih
keutamaan dan berbagai macam kenikmatan yang berlimpah. Maka manfaatkanlah
waktu yang mulia dan musim yang agung ini dengan semarak ketaatan serta
meninggalkan perkara yang haram, agar kalian beruntung dengan meraih kehidupan
yang indah dan bahagia setelah meningggal dunia.
Orang mukmin yang benar dengan keimanannya, semua bulan baginya adalah
waktu untuk beribadah, dan seluruh umurnya adalah waktu melakukan ketaatan.
Akan tetapi pada bulan Ramadan semangatnya berlipat ganda untuk melakukan
kebaikan dan lebih bersemangat untuk melakukan ibadah, dan dia menghadap
(sepenuh hati) kepada Tuhan-Nya subhanahu wa Ta’ala. Dan Tuhan kita dengan
Kebaikan dan kedermawanan-Nya, melipatgandakan pahala di saat yang mulia ini
kepada kaum beriman yang berpuasa, sebagai balasan atas amal shaleh mereka.
Hari-hari berlalu dengan cepat seakan hanya sesaat. Dahulu kita menyambut
datangnya bulan Ramadan kemudian dia meninggalkan kita. Dan kini, kita sudah
akan menyambut lagi bulan Ramadan. Maka kita harus bersegera menunaikan amal-amal
shaleh di bulan yang agung ini dan mengisinya apa yang Allah ridai serta
sesuatu yang dapat mendatangkan kebahagiaan saat kita bertemu dengan-Nya.
Bagaimana Kita Menyambut Bulan Ramadan?
Menyambut bulan Ramadan dilakukan dengan melakukan introspeksi diri
terhadap kekurangan dalam merealisasikan dua kalimat syahadat atau kekurangan
dalam menunaikan kewajiban atau kekurangan karena tidak meninggalkan perbuatan
(terlarang), baik karena syahwat atau syubhat.
Hendaknya seorang hamba meluruskan akhlaknya di bulan Ramadan agar meraih
derajat keimanan yang tinggi, karena keimanan bertambah dan berkurang.
Bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan melakukan
kemakasiatan. Ketaatan pertama yang seharusnya direalisasikan seorang hamba
adalah ubudiyah (ibadah) hanya kepada Allah semata dengan keyakinan jiwa bahwa
tidak berhak disembah selain Allah. Sehingga dia mengarahkan semua bentuk
ibadah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan -Nya kepada siapa pun dalam
ibadahnya. Selain itu, kita pun harus yakin bahwa apa yang (ditakdirkan akan)
menimpanya tidak akan meleset, dan apa yang (ditakdirkan) meleset darinya,
tidak akan menimpa dirinya, dan bahwa segala sesuatu telah di takdirkan.
Kemudian kita menghindari segala sesuatu yang bertentangan dengan nilai yang
terkandung dalam dua kalimat syahadat, yaitu dengan menjauhi dari bid’ah,
perkara baru dalam agama. Merealisasikan sikap wala (loyalitas) dan bara
(berlepas diri) dengan memberikan loyalitas kepada orang-orang mukmin dan memusuhi
orang-orang kafir serta munafik, senang dengan kemenangan orang-orang Islam
terhadap musuh-musuhnya. Meneladani Nabi sallallahu’ alaihi wa sallam
dan mengikuti sunnahnya dan sunnah khulafaurrasyidin yang mendapat petunjuk
setelahnya. Kami mencintainya dan mencintai orang yang berpegang teguh dengan
(sunnah Nabi) dan membelanya di negeri manapun, apapun warna kulit dan
kewarganegaraannya.
Setelah itu kita intropeksi diri terhadap kekurangn dalam menjalankan
ketaatan. Seperti kekurangan dalam menjalankan shalat jama’ah, zikir kepada
Allah Azza wa Jalla, memenuhi hak tetangga, kerabat dan orang-orang Islam,
menyebarkan salam, amar ma'ruf dan nahi munkar, saling berwasiat terhadap
kebenaran dan bersabar terhadapnya. Kemudian hendaknya kita bersabar untuk
tidak melakukan kemunkaran dan (bersabar dalam) menunaikan ketaatan serta
menerima takdir Allah Azza wa Jalla. Kemudian kita introspeksi dari perbuatan
maksiat dan menuruti syahwat serta menahan diri agar tidak terus menerus
melakukannya. Baik kemaksitan yang berasal dari baik (dosa) besar maupun kecil.
Baik kemaksiatan mata, dengan memandang apa yang Allah haramkan, atau
mendengarkan lagu-lagu atau melangkah menuju sesuatu yang tidak diredai Allah
Azza wa Jalla, atau melalui tangan dengan melakukan yang tidak Allah ridai,
atau memakan apa yang Allah haramkan, baik berupa riba, suap atau lainnya,
termasuk memakan (mengambil) harta orang lain dengan batil.
Hendaknya yang menjadi fokus perhatian kita adalah bahwa Allah membuka
tangan-Nya waktu siang untuk menerima taubat orang yang berdosa di waktu malam
hari, dan Dia membuka tangan-Nya di waktu malam untuk menerima taubat orang
berdosa di waktu siang hari.
Allah subhanahu wata’ala telah berfirman:
{ وسارعوا إلى مغفرة من ربكم وجنة عرضها السموات والأرض أعدت للمتقين .الذين ينفقون
في السراء والضراء والكاظمين الغيظ والعافين عن الناس والله يحب المحسنين . والذين
إذا فعلوا فاحشة أو ظلموا أنفسهم ذكروا الله فاستغفروا لذنوبهم ومن يغفر الذنوب إلا
الله ولم يصروا على ما فعلوا وهم يعلمون . أولئك جزاؤهم مغفرة من ربهم وجنات تجري من
تحتها الأنهار خالدين فيها ونعم أجر العاملين }.
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan)
orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga)
orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka
dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka
tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu
balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir
sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala
orang-orang yang beramal”.( QS. Ali Imran: 133-136).
Firman Allah lainnnya
{ قل يا عبادي الذين أسرفوا على أنفسهم لا تقنطوا من رحمة الله إن الله يغفر الذنوب
جميعاً إنه هو الغفور الرحيم }
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri
mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang”. (QS.Az-Zumar: 53).
Firman Allah :
“Barangsiapa yang (melakukan) kejelekan atau berbuat zalim kepada diri
sendiri kemudian memohon ampun kepada Allah, (dia akan) dapati Allah itu Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Beginilah seharusnya kita menyambut bulan Ramadan, dengan muhasabah
(introspeksi), bertaubat dan memohon ampun. “Orang yang cerdas adalah orang
yang menundukkan jiwanya dan beramal untuk setelah kematian, sedangkan orang
yang lemah adalah orang yang dirinya mengikuti hawa nafsunya dan hanya
berangan-angan kepada Allah.”
Sesungguhnya bulan Ramadan adalah bulan ghanimah dan penuh keberuntungan.
Pedagang yang cerdas akan memanfaatkan kesempatan yang baik untuk menambah
keuntungannya. Maka gunakanlah kesempatan bulan ini dengan beribadah,
memperbanyak shalat dan membaca Al-Qur’an, memaafkan orang dan berbuat baik
kepada orang lain serta bersedekah kepada orang-orang fakir.
Di bulan Ramadan pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan
setan-setan dibelenggu. Pada setiap malamnya ada penyeru yang menyeru: ”Wahai
pencari kebaikan datanglah! Wahai pencari keburukan, berhentilah! Maka jadilah
hamba Allah yang menyukai kebaikan dengan mengikuti para salaf yang shaleh dan
mengambil petunjuk sunnah Nabi kalian sallallahu ’alaihi wa sallam agar kita
keluar dari bulan Ramadan dalam keadaan dosa terampuni dan amal shalehnya
diterima. Ketahuilah bahwa bulan Ramadan adalah bulan paling mulia.
Ibnu Qoyyim rahimahullah berkata: “Di antaranya –adanya keistimewaan di
antara ciptaan Allah-, Dia mengistemewakan bulan Ramadan dibandingkan bulan
yang lain, dan mengutamakan sepuluh (malam) terakhir di antara seluruh malam”.
(Zadul Ma’ad, 1/56)
Keutamaan Bulan Ramadan dibanding bulan lain, ada empat:
Pertama: Di dalamnya ada malam yang lebih baik di antara malam-malam
setahun, yaitu Lailatul Qadar. Allah berfirman :
{ إنا أنزلناه في ليلة القدر . وما أدراك ما ليلة القدر . ليلة القدر خير من ألف
شهر . تنزّل الملائكة والروح فيها بإذن ربهم من كل أمر . سلام هي حتى مطلع الفجر }
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan
tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari
seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan
izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan
sampai terbit fajar.” (QS.Al-Qadar: 1-5).
Maka ibadah pada malam ini lebih baik (dibandingkan) beribadah seribu bulan
Kedua: Di bulan ini diturunkan kitab yang paling mulia (Al-Quran) kepada
nabi yang paling mulia alaihimus salam (Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam).
Allah berfirman:
{ شهر رمضان الذي أُنزل فيه القرآن هدى للناس وبيّنات من الهدى والفرقان } البقرة
/ 158
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil).” (QS. Al-Baqarah: 185)
Allah juga berfirman:
{ إنا أنزلناه في ليلة مباركة إنا كنا منذرين .فيها يُفرق كل أمر حكيم . أمراً
من عندنا إنا كنا مرسِلين } الدخان / 3-5
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan
sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala
urusan yang penuh hikmah. (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami.
Sesungguhnya Kami adalah yang mengutus rasul-rasul.” (QS. Ad-Dukhan: 3-5)
Diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani dalam Kitab Mu’jam Al-Kabir
dari Watsilah bin Al-Asyqa’ radhiallahu’anhu, dia berkata:
Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
( أُنزلت صحف إبراهيم أول ليلة من شهر رمضان ، وأُنزلت التوراة لِسِتٍ مضت من رمضان
، وأُنزل الإنجيل لثلاث عشرة مضت من رمضان ، وأُنزل الزبور لثمان عشرة خلت من رمضان
، وأُنزل القرآن لأربع وعشرين خلت من رمضان ) . حسنه الألباني في السلسلة الصحيحة
(1575)
“Shuhuf (lembaran-lembaran wahyu) Ibrahhim diturunkan pada awal
bulan Ramadan, Taurat diturunkan setelah enam hari bulan Ramadan, Injil
diturunkan setelah tiga belas hari bulan Ramadan, Zabur diturunkan setelah
delapan belas hari bulan Ramadan dan Al-Qur’an diturunkan setelah duapuluh
empat bulan Ramadan”. (Dihasankan oleh Al-Albany dalam kitab Silsilah
Al-Ahadits As-Shahihah, no. 1575)
Ketiga: Pada bulan ini pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka
ditutup serta para setan dibelenggu.
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu sesungguhnya Rasulullah
sallallahu’alaihi wasallam bersabda: ”Apabila bulan Ramadan datang, pintu-pintu
surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.”
(HR.Muttafaq’alaih)
Diriwayatkan oleh Nasa’i dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu,
sesungguhnya Rasulullah sallallahu’alaihi wasallam bersabda: ”Ketika bulan
Ramadan datang, pintu-pintu rahmat dibuka, pintu-pintu jahanam ditutup dan
syetan-syetan dibelenggu”. (Dishahihkan oleh Al-Albany dalam kitab shahih Al-Jami,
no. 471)
Diriwayatkan oleh Tirmzi, Ibnu Majah dan Ibnu Huzaimah, dalam sebuah
riwayat:
( إذا كان أول ليلة في شهر رمضان صُفِّدت الشياطين ومَرَدَة الجن ، وغلقت أبواب
النار فلم يُفتح منها باب ، وفتحت أبواب الجنة فلم يغلق منها باب ، وينادي منادٍ :
يا باغي الخير أقبل، ويا باغي الشر أقصر . ولله عُتقاء من النار وذلك كل ليلة ) . وحسنه
الألباني في صحيح الجامع (759)
“Ketika awal malam bulan Ramadan tiba, setan dan jin pembangkang
dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satupun pintunya yang dibuka,
pintu-pintu surga dibuka dan tidak ada satu pun pintunya yang ditutup.
(Kemudian) ada penyeru yang berseru: “Wahai pencari kebaikan datanglah! Wahai
pencari keburukan, berhentilah! Dan Allah menetapkan (orang-orang yang)
dibebeskan dari siksa neraka, dan hal itu (terjadi pada) setiap malam.”
(Dinyatakan hasan oleh Al-Albany dalam shahih Al-Jami’, no. 759).
Jika ada yang berkata, mengapa masih kita saksikan keburukan dan
kemaksiatan banyak terjadi di bulan Ramadan, padahal setan-setan telah
dibelenggu. Mengapa hal itu dapat terjadi?
Jawabnya adalah bahwa perkara tersebut sedikit terjadi pada orang yang
menjaga syarat-syarat dan adab berpuasa. Atau bahwa yang dibelenggu adalah
sebagian syetan yaitu setan yang membangkang bukan semuanya. Atau maksudnya
adalah berkurangkan keburukan, dan hal ini sangat tampak sekali. Atau bahwa
yang terjerumus dalam kemaksiatan pada bulan lebih sedikit dibandingkan pada
bulan-bulan lainnya, karena pembelengguan semua setan tidak berarti harus tidak
terjadi sama sekali keburukan dan kemaksiatan, karena ada sebab-sebab selain
setan yang menyebabkan hal tersebut, seperti nafsu buruk, adat jelek dan setan
(dari jenis) manusia. (Al-Fath, 4/145).
Keempat: Di bulan Ramadan banyak sekali ibadah-ibadah yang tidak dijumpai
di bulan lain seperti puasa (wajib), qiyam (taraweh), memberikan makanan
(berbuka), i’tikaf, shadaqah dan membaca Al-Qur’an.
Saya memohon kepada Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung semoga kita
mendapat taufiq dan pertolongan untuk menjalankan ibadah puasa, qiyam, melakukan
ketaatan dan meninggalkan kemunkaran. Segala puji hanya milik Allah (Tuhan)
seluruh alam ...amin....
Islamqa.com
Wassalamu'alaikum,
ROHIS